Jackson Uble King Morning Devotional For All Loyal Freedom Fighters of West Papua Nation

July 6th, 2019, Source Facebook.com

All respected Free Papua Fighters around the world, and National greetings namely One People One Soul.

Hi loyalist freedom fighters, we need to know that we work half-dead with Faithful in the struggle of the Papuan nation for independence and sovereignty, and the TPNPB-OPM in war field the battle for life and opponents of the Indonesian Colonial military is at this moment.

But their ambitious and name-seeking groups are too arrogant, so we reject the results of the TRWP-ULMWP Extraordinary Congress (KLB).

Remember that the West Papua Army was formed by the West Papua Revolutionary Army (TRWP) under the control of Matias Wenda and Sem Karoba, who were ambitious and selfish.

And the English language is West Papua Revolution Army (WPRA), so west Papua Army is TRWP, just change the word Revolution and everyone is trapped by this TRWP setting up done.

Why? Because TRWP is not recognized and has no mass base in West Papua so they try the name to be recognized.

And all fighters do not realize that they have been trapped into the TRWP settings up, because TRWP is too much of a People’s deception with high promises and the truth is empty promises.

More people who have become victims due to fraud by the TRWP are the Walak tribe, part of the Yali tribe, and part of the Lani Tribe, and part of the Gem Tribe.

Property such as pigs runs out in the area, and the canines of Pigs are neatly arranged in the male houses in the area We mentioned above.

To this day, there are waiting figs for the realization of TRWP’s promise. Mr. Serogo Tabuni, who lives in Britain, is more aware of this.

Mr. Agustinus Aud and fellow Freedom fighters from the area I mentioned above know more about this, We are also witnesses who have witnessed this fraud.
And this fraud has been going on for decades, not weeks or months. And this is the work of the devil impersonating Free Papua.

And this selfishness and ambition has been proven by forming a new military by TRWP with the name West Papua Army, very clear and bright from the eyes of freedom fighters.

Therefore, starting from this event, all of us West Papuans Freddom fighters must be aware and slaughter to see then take a firm stance in order to save the Papuan Nation’s Agenda for Full Freedom.

We are faithful walkers, and this is evident from our loyalty in this struggle.

And there is no words of compromise with groups that deliberately want to destroy the agenda of our nation of West Papua for full independence.
Thus, I hope this short article will open our horizons and we are ready to continue to work towards the aspirations of our Nation, namely the Papuan Nation in the Western Part of Papua.

By Sebby Sambom
Indonesian Malay as follow…..!!!
Renungan Pagi Untuk Semua Pejuang Loyal Bangsa Papua Barat
Tanggal 6 Juli 2019

Semua Pejuang Papua Merdeka yang terhormat di seluruh dunia, dan salam Nasional yaitu One People One Soul.

Wahai para Pejuang loyalis, perlu ketahui bahwa kami kerja setengah mati dengan Setia dalam perjuangan bangsa Papua untuk merdeka dan berdaulat, dan TPNPB-OPM di Medan Perang pertaruhan Nyawa dan lawan Militer Kolonial Indonesia sempai detik ini.

Tapi kelompok cari nama dan ambisius mereka terlalu sombong, oleh karena itu kami menolak hasil KLB TRWP/ULMWP.

Ingat bahwa West Papua Army itu bentukan Tentara Revolusi West Papua (TRWP) dibawah Kendali Matias Wenda dan Sem Karoba, yang ambisius dan Egois.

Dan Bahasa Inggrisnya West Papua Revolution Army (WPRA), jadi west Papua Army itu TRWP itu sudah, hanya ganti kata Rvolution saja dan semua orang terjebak dengan setingan TRWP ini.

Mengapa? Karena TRWP tidak diakui dan tidak punya massa basis di West Papua sehingga mereka roba nama supaya dapat diakui.

Dan semua pejuang tidak sadar kalau mereka sudah terjebak kedalam setingan TRWP, karena TRWP terlalu banyak tipu Rakyat dengan janji-Hanji yang muluk dan yang sebenarnya adalah janji hampa.

Lebih banyak yang telah menjadi korban akibat tindak penipuan oleh TRWP adalah Suku Walak, Suku Yali sebagian, dan Suku Lani sebagian, dan Suku Gem sebagian.

Harta benda seperti babi habis di wilayah itu, dan taring Babi tersusun rapi di honai-honai laki-laki di wilayah yang Kami sebutkan di Atas ini.

Sampai hari ini taring babi-bai ini ada tunggu realisasi janji TRWP. Tuan SerogoTabuni yang tinggal di Britain itu lebih ketahui juga hal ini.

Tuan Agustinus Aud dan kawan-kawan pejuang dari wilayah yang saya sebutkan di atas lebih ketahuinya akan hal ini, Kami juga saksi yang pernah menyaksikan penipuan ini.

Dan penipuan ini telah berjalan puluhan tahun, bukan minggu atau bulan. Dan ini adalah pekerjaan iblis berkedok Papua Merdeka.

Dan keegoisan serta ambisiusme ini telah terbukti dengan membentuk militer baru oleh TRWP dengan nama West Papua Army, sangat jelas dan terang dari kaca mata pejuang.

Oleh karena itu, mulai dari peristiwa ini Kita semua pejuang harus sadar dan jelih melihat kemudian mengambil sikap yang tegas demi selamatkan Agenda Bangsa Papua Untuk Merdeka Penuh.

Kita adalah pejung yang setia, dan hal ini terbukti dari kesetiaan Kami dalam perjuangan ini.

Dan tidak ada kata kompromi dengan kelompok-kelompok yang sengaja mau hancurkan agenda bangsa Kita West Papua untuk merdeka Penuh.

Demikian, semoga tulisan singkat ini membuka wawasan Kita dan Kita siap untuk berjuang terus sempai menuju cita-cita Bangsa Kita yaitu Bangsa Papua di bagian Barat Pulau Papua.
By Sebby Sambom

Lewis Pray vs Erik Walela Re: TPNPB-OPM vs ULMWP

Lewis PraiErik Walela Argumentasi lainya adalah :

Pertanyaan pertanyaan mendasar yang penting untuk direnungkan oleh kita sekalian bahwa; siapa yang suruh Anda membuat militer militer baru TRWP dan TNPB?, Atas dasar konstitusi apa TRWP dan TNPB dibentuk?, dimana lapangan perang TRWP DAN TNPB?, mengapa sekarang TRWP dan TNPB mau bersatu lalu giring TPN menjadi West Papua Army?,
Ini permainan kolonialisme, untuk hancurkan kekuatan kebenaran sejarah perjuangan bangsa Papua didalam TPN?
Hal ini bagaikan ikan kecil dipakai umpan untuk memancing ikan besar demi kepentingan sang pelahap?

TRWP dan TNPB dibentuk untuk menghancurkan TPN atas nama persatuan dan mencoba membentuk West Papua Army yang Ilegal dan unconstitutional.

================

Sebby Sambon: Jenderal Goliat Tabuni Akan Menginstruksikan TPN-OPM Untuk Menembak Kelompok ULMWP

Vanimo- Gerakan United Liberation for West Papua (ULMWP) mengklaim Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) adalah salah satu dari tiga faksi yang bergabung menjadi Tentara West Papua. Namun, klaim itu dibantah TPNPB dan menganggap ULMWP yang dipimpin Benny Wenda sebagai penipu.

Juru bicara OPM Jeffery Bomanak menolak klaim ULMWP dan mendesak untuk mencabut pernyataannya yang dianggap salah dan curang, TPNPB adalah sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM).

“(ULMWP) sekarang melakukan penipuan dengan berpura-pura bersatu dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua untuk mendapatkan pujian dan popularitas,”ungkap Jefry Bomanak saat dihubungi melalui telepon selulernya.

Berbeda dengan Sebby Sambom, dirinya mengatakan dia maupun TPNPB tidak terlibat dalam Kongres Luar Biasa I yang diselenggarakan oleh West Papua Army (WPA) seperti yang dikemukakan oleh Juru Bicara United Liberation Movement for West Papua, Jacob Rumbiak.

Ini adalah konspirasi terselubung yang di mainkan oleh para eksekutif ULMWP benny wenda, dan mereka yang mengkalim dirinya sebagai TRWP/WPA.

Perjuangan ini bukan milik ULMWP yang dari suku walak-piramid. Berhenti deklarasi Organisasi diatas organisasi untuk mencari popularitas dan kapasitas, terangnya.

Saat ditanya apa tanggapan Goliat Tabuni selaku Jenderal Besar yang memimpin perjuangan Papua Merdeka melalui sayap militer yang sudah mengorbankan nyawa danhidup di hutan, Sebby mengatakan Jenderal Goliat Tabuni sudah mempersiapkan beberapa langkah-langkah yang akan dilakukan, salah satunya sambung Sebby yaitu mengancam ULMWP untuk mencabut pernyataannya, bila tidak Goliat Tabuni akan menginstruksikan kepada seluruh anggota TPNPB untuk mencari anggota ULMWP dan menembaknya.

Lebih lanjut kata Sebby Sambom, TPNPB maupun OPM tidak ada kaitannya sama sekali dengan WPA sehingga dengan tegas Tentara Pembebabasan Nasional TPN-OPM bukan bagian dari ULMWP.

“ULMWP harus berhenti menggunakan nama OPM untuk mendapatkan legitimasi politik di tingkat internasional kalau tidak maka akan berhadapan langsung dengan TPNPB”, tegas Sebby Sambom.

Source: Facebook.com

‘State-in-waiting’: Papua’s rebels unite against Indonesia rule

Independence groups say they are ready to ‘take over our country’ amid rumbling conflict in far east of the archipelago.

by Febriana Firdaus & Kate Mayberry

Jakarta, Indonesia – The three main armed separatist groups in West Papua have joined forces to step up their push for independence as clashes between the rebels and the Indonesian military has forced thousands of civilians from their homes.

The groups announced this week that they will fight together under the title West Papua Army to be coordinated by the United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) – an umbrella group for separatists.

The armed groups – the West Papua Revolutionary Army (TRWP, short for the Tentara Revolusi West Papua), West Papuan National Army (TNPB, short for the Tentara Nasional Papua Barat) and the West Papua National Liberation Army (TPN.PB, short for the Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat) signed the ‘Vanimo Border Declaration’ on May 1.

Benny Wenda, who lives in exile in the United Kingdom after fleeing Indonesia and is the chairman of the ULMWP, said the alliance was capable of leading an independent country.

“The ULMWP is ready to form an independent West Papua,” Wenda said in a statement this week. “Politically and militarily we are united now. The international community can now see without a doubt that we are ready to take over our country.

“Indonesia cannot stigmatise us as separatists or criminals any more, we are a legitimate unified military and political state-in-waiting.”

Amnesty: Indonesian forces behind unlawful killings in Papua (2:35)

West Papua was a colony of the Dutch until the early 1960s when Indonesia took control, cementing its rule with a controversial referendum that followed.

A low-level armed rebellion by indigenous Papuans, who now make up about half the population after years of migration by people from other parts of Indonesia, has been rumbling ever since.

“The military should take this seriously because they tend to underestimate the [rebels],” said Vidhyandika Djati Perkasa, the head of the department of politics and social change at the think-tank Centre for Strategic and International Studies in Jakarta.

“For sure, we know there is fragmentation, but Benny Wenda has strong support.” 

Allegations of abuse

The government in Jakarta maintains that West Papua, which occupies the western half of the island of Papua New Guinea, is Indonesian because it was part of the Dutch East Indies which forms the basis of the country’s modern-day borders.

Papua is also rich in natural resources and the site of the world’s largest gold mine and its second-largest copper mine, but its people remain among the country’s poorest.

Violence flared again in December after rebels attacked a road construction project in the central highlands killing at least 17 people, triggering a military crackdown.

Some 35,000 civilians have been forced from their homes as the security forces attempt to flush out the rebels from the forested mountains.

Brigadier General Sisriadi, the spokesman for Indonesia’s military, told Al Jazeera he could not comment on the formation of the armed alliance.

He stressed that the military would continue to work with the police to track down suspected separatists, accusing them of destroying property and attacking civilians.

Sisriadi pointed to a local media report from January that said four separatist groups were surrendering to the army.

“They are Indonesian,” he said. “And we don’t think of them as outsiders.”

CSIS’s Vidhyandika Djati Perkasa said the think-tank’s recent research indicated that there was widespread support for independence among young Papuans and that the government needed to reconsider its strategy in the territory by focussing more on diplomatic than military approaches.

“The paradigm must change,” he said.

Human rights groups have long accused the Indonesian security forces of abuses in Papua.

In a report last July, Amnesty International described the territory as a “black hole” for human rights and said its research had found at least 95 unlawful killings between 2010 and 2018.

Human Rights Watch has documented what it says is the misuse of treason laws against pro-independence supporters in the restive territory.

Papuans risk detention for expressing their views including holding peaceful demonstrations or attending meetings related to West Papua’s political status. Those who fly the Morning Star flag – the symbol of West Papuan independence – could face a prison term of as many as 15 years.

In May, 39-year-old Polish traveller Jakob Skrzypski, was jailed for five years after being found guilty of treason for meeting pro-independence activists when visiting Papua.

SOURCE: AL JAZEERA NEWS

West Papua lida Benny Wenda itoktok long nupla West Papua Army

West Papua independens lida na hetman bilong United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), Benny Wenda itokim Radio Australia tede olsem toktok bilong ol independens movemen grups bilong West Papua ikamapim wanpla united West Papua Army.

Em itok dispela em ino bilong yusim violens long pait egensim Indonesia army.

Mr Wenda itok ULMWP istrong yet long yusim diplomatik wei bilong helpim West Papua long kisim independens wantaim sapot bilong ol lidas long Pasifik na world tu.

Em itok ULMWP em imakim ol pipol bilong West Papua na ol narapla lain husat iegensim displa oganaisesen ino bihain tingting bilong olgeta lidas na pipool.

Long displa wik mausman bilong ULMWP, Jacob Rumbiak, itokaut long wanpla media statement olsem olgeta military grup bilong West Papua iwanbel na kam ananit long wanpla komand em ol kolim West Papua Army.

Mr Wenda itok em isapotim displa, tasol em itokaut klia olsem West Papua Army em ino mean olsem ol bai yusim military rot bilong kisim independens.

Tasol Siaman bilong Organisasi Papua Merdeka (OPM) Jeffrey Bomanak itok Mr Wenda na ULMWP ino trutru oganaisesen we ol pipol bilong West Papua ilukave long en.

Em itok ananit long Mama Loa bilong Free Papua muvmen, OPM tasol igat luksave na ino ol narapla grup.

OPM international diplomat, Lewis Prai husat istap long Australia itok tu olsem displa West Papua Army em Mr Wenda na Mr Rumbiak ikamapim long pulim tingting bilong ol lain, na tupla ino bihainim 1 July 1971 Mama Loa na Proclamation bilong Free Papua Movement.

Mr Prai itok em isapotim toktok bilong Mr Bomanak na em ilaikim bai olgeta lidas iken bung wantaim na toktok long stretim displa kain tokpait inoken kamap.

Mr Bomanak itok tu olsem ol OPM paitman isave mekim planti samting egensim ol army bilong Indonesia nau long graun na inogat wanpla samting em ULMWP isave mekim long helpim ol.

Maus man bilong Indonesia military long West Papua, Colonel Muhammad Aidi itok displa toktok bilong ULMWP ikamapim West Papua Army bai nogat strong egensim army bilong Indonesia na em irausim toktok blong Mr Wenda.

Em itok ol OPM isave yusim ol guerrilla stail blong pait na ol inogat ol weapons na pait samting olsem Indonesia igat longen.

Mr Bomanak ibekim olsem sapos Indonesia igat strong, ol ino bin pinisim ol OPM yet. Em itok ol OPM iwok long pait strong yet na bai ol ino inap long lusim inap West Papua ikisim independens long Indonesia.

Source: https://www.abc.net.au/

Bentuk Pasukan Baru, Separatis Sesumbar Bakal Ambil Alih Papua

JAKARTA – Tiga tentara pemberontak Papua Baray telah bergabung di bawah kendali gerakan kemerdekaan yang dipimpin oleh Benny Wenda. Mereka pun sesumbar mengatakan bahwa mereka sekarang siap untuk mengambil alih Papua.

Pernyataan itu dikeluarkan ketika pihak berwenang Indonesia tengah meningkatkan upaya dalam pencarian terhadap lima tentara dan sembilan awak dari helikopter cadangan militer yang hilang pada Jumat pekan lalu.

Papua Barat, yang berbatasan dengan Papua Nugini, telah berada di bawah kendali Indonesia sejak 1969 dan berada dalam cengkeraman konflik separatis yang telah berlangsung lama.

Kelompok-kelompok bersenjata ini pada bulan lalu bersatu di bawah komando Gerakan Pembebasan Bersatu untuk Papua Barat (ULMWP) – organisasi payung untuk tiga kelompok kemerdekaan.

Baca juga: Separatis Papua Bentuk Tentara Baru, Menolak Cap Penjahat oleh Indonesia
“Secara politis dan militer kita bersatu sekarang. Masyarakat internasional sekarang dapat melihat tanpa ragu bahwa kita siap untuk mengambil alih negara kita,” kata Wenda, ketua ULMWP.

“Indonesia tidak dapat lagi menstigmatisasi kami sebagai separatis atau penjahat, kami adalah negara kesatuan militer dan politik yang sah yang sedang menunggu,” imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (3/7/2019).

Kelompok-kelompok itu termasuk TPNPB, yang menyerang sebuah situs konstruksi pada bulan Desember lalu dan dilaporkan membunuh 17 orang.

Insiden itu memicu aksi militer di wilayah itu, merenggut puluhan nyawa di kedua sisi.

Tak lama setelah serangan itu, Wenda memberi tahu Guardian bahwa dia tidak bisa menghentikan TPNPB, tetapi menyerukan agar tenang.

Bobby Anderson, peneliti Papua dan mahasiswa doktoral di Sekolah Kebijakan Publik Universitas Chiang Mai, memperingatkan bahwa kelompok pemberontak sebelumnya mengumumkan penyatuan yang tidak ada artinya.

“Pernyataan komando bersatu ini mungkin hanya ULMWP yang mencoba mengambil momentum dari tindakan Nduga,” kata Anderson.

“Kami tidak akan tahu apakah itu nyata sampai kami melihat aksi bersenjata terkoordinasi baik di Nduga dan di luar, yang akan menunjukkan bahwa deklarasi ULMWP adalah kenyataan,” imbuhnya.

“Saya pribadi punya keraguan. Faksi-faksi (separatis bersenjata) ini dipenuhi dengan ‘para jenderal’ yang cenderung tidak menerima perintah. Mereka beroperasi dalam perintah terbatas di area diskrit,” imbuhnya.

Namun Anderson mengatakan memiliki kepemimpinan Wenda mungkin membuat perbedaan, dan perintah terpadu yang belum pernah terjadi sebelumnya dinilai akan meningkatkan pertumpahan darah.

“Dia berhasil menyatukan ULMWP dari perwakilan sipil dari kelompok-kelompok kemerdekaan Papua yang berbeda dan yang diadakan selama ini sangat mengesankan,” ucapnya.

Penyatuan itu menandai perkembangan baru lain dalam konflik yang telah berlangsung lama, hanya beberapa hari setelah terungkap bahwa anak-anak Papua Barat dilibatkan dalam pertempuran.

West Papua rebels unite to form new army

Armed rebel groups in Indonesia’s West Papua have reportedly united to form a new army under a single command.

A release from the office of the chairman of the United Liberation Movement for West Papua, Benny Wenda, says it’s the first time the three major factions have come under a single arm.

Under the This ‘Vanimo Border Declaration’, the Liberation Movement is taking political leadership of the new grouping, formed today and dubbed the West Papua Army.

Mr Wenda says they are ready to take over Papua and are calling for international and domestic support.

“We welcome any assistance in helping us achieve our liberation. Indonesia cannot stigmatise us as separatists or criminals any more, we are a legitimate unified military and political state-in-waiting,”

he said in a statement.

The new force includes the West Papua Liberation Army, which is fighting a bloody war with state forces in Nduga regency.

Also joining the united front are the West Papuan National Army and the West Papua Revolutionary Army.

Source: https://www.rnz.co.nz

Sayap militer Pembebasan West Papua bersatu dalam West Papua Army (WPA)

Jayapura, Jubi – Konflik dan perpecahan internal di antara Pejuang Gerilya maupun Pemimpin Komando Militer Papua Barat telah terjadi sejak lama. Hal ini dipandang sebagai persoalan utama yang merupakan salah satu hambatan dalam proses perjuangan pembebasan rakyat West

Selama bertahun-tahun itu pula proses rekonsiliasi dan konsolidasi Komando Militer Papua Barat dilakukan. Dalam catatan Jubi, sekitar 13 kali proses rekonsiliasi ini dilakukan, yakni :

  1. Pembentukan Pasukan Sukarelawan Papua (PVK), tahun 1961-1963, di Holandia, West Papua, sebagai Embrio Organisasi Sayap Militer West Papua.
  2. Deklarasi Batalion Kasuari, tanggal 19 April 1964, di Manokwari, Pegunungan Arfak. West Papua.
  3. Deklarasi TPN-OPM. Tanggal 01 Juli 1971, di Tanah Waris, West Papua.
  4. Pertemuan Para Pemimpin Faksi PMK dan Marvik antara Tuan Jacob Pray dan Tuan Zet Rumkorem yang difasilitasi oleh Pemerintah Republik Vanuatu, pada tahun 1985, di Port Fila.
  5. Kongres Tingkat Tinggi TPN.PB, 1998, di Markas Viktoria, Scotyau, Bewani, PNG.
  6. Kongres Tingkat Tinggi TPN.PB, 2004, Markas Besar, Merauke, West Papua.
  7. Kongres Tingkat Tinggi TPN. PB, 2005, di Ilaga West Papua.
  8. Deklarasi Dewan Militer TPN.PB, 2005, di Markas Viktoria, Scotyau, Bewani, PNG.
  9. Kongres Nasional TPN.PB, 2006, di Markas Border, PNG.
  10. Kongres Tingkat Tinggi TPN.PB, 2006, di Markas Tingginamburt, Puncak Jaya, WP.
  11. Kongres Tingkat Tinggi TPN.PB, 2007, di Markas Bring, Grimim Nawa, WP.
  12. Persatuan Sayab Militer West Papua, TRWP, 2012, di Markas Border, PNG.
  13. Kongres Tingkat Tinggi, TNPB, 2016, di Serui, West Papua.

Beberapa kali pula Kongres Militer West Papua telah dilakukan dalam rangkaian rekonsiliasi namun tak tercatat secara resmi.

“Beberapa momentum rekonsiliasi dan konsolidasi internal komando militer tersebut diatas adalah sebuah dinamika adanya perbedaan pandangan atau pendapat tentang struktur kepemimpinan nasional dan strategi operasional komando militer secara umum,” ungkap John Rumbiak, Juru Bicara United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mengenai proses rekonsiliasi dan konsolidasi yang terjadi selama ini.

Menurut Rumbiak, proses ini telah tuntas sejak tiga tahun lalu, tepatnya setelah Deklarasi Saralana, tanggal 27 November – 03 Desember 2017 saat ULMWP melakukan Kongres Tingkat Tinggi (KTT) Pertama, yang dihadiri oleh Para Pemimpin dari semua Komponen Perjuangan Sipil, Diplomasi Politik dan Militer West papua untuk membahas dan memutuskan agenda kerja dan struktur kepemimpinan ULMWP, periode 2018 – 2020.

Dalam Forum KTT tersebut para pemimpin dari Komponen Militer Papua Barat yaitu Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN. PB), Tentara Revolusi West Papua (TRWP), Tentara Nasional Papua Barat (TNPB), mendapat kesempatan waktu untuk menyampaikan beberapa pandangan umum tentang perkembangan perjuangan di dalam negeri, salah satunya menyangkut perpecahan internal Komando Militer yang sedang terjadi.

“Dibutuhkan upaya persatuan kembali secara nasional,” lanjut Rumbiak, mengenai kesimpulan dari pandangan umum tersebut.

Sesuai dengan pandangan politik dari militer tersebut maka, Forum KTT Pertama ULMWP, telah memutuskan untuk mengeluarkan Rekomendasi Tentang Rekonsiliasi dan Konsolidasi Internal Komando Militer Papua Barat, dan kemudian dilanjutkan oleh Ketua Eksekutif ULMWP, yang saat itu baru terpilih (Beny Wenda).

Dikatakan oleh Rumbiak, sesuai dengan keputusan KTT Pertama ULMWP, tahun 2017, kemudian RAKER Eksekutif ULMWP Ke-I tentang struktur kerja eksekutif dan pelimpahan kewenangan kerja Biro Pertahanan dan Keamanan ULMWP, biro ini telah menyelesaikan program kerja prioritas yaitu Rekonsiliasi dan Konsolidasi Internal Militer Papua Barat secara Nasional (Sorong – Merauke) yang kemudian membentuk panitia Kongres Luar Biasa I West Papua Army (WPA). Anggota panitia ini merupakan perwakilan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Tentara Revolusi West Papua (TRWP) dan Tentara Nasional Papua Barat (TNPB).

Kongres Luar Biasa ini menghasilkan beberapa keputusan antara lain :

  1. Para Panglima Komando TPNPB, TRWP dan TNPB telah menyepakati, memutuskan dan menyatakan bersatu dalam agenda kerja perjuangan Bangsa West Papua
  2. Para Panglima Komando TPN.PB, TRWP, dan TNPB, telah menyepakati, memutuskan dan menyatakan bersatu dalam satu nama West Papua Army.
  3. Para Panglima Komando TPN.PB, TRWP, dan TNPB, menyepakati, memutuskan dan menyatakan bersatu dalam sat garis kordinasi komando West Papua Army dibawah ULMWP.
  4. Struktur Koordinasi Kerja Komando West Papua Army berbentuk Semi Negara.

“Hasil ini telah dilampirkan untuk diketahui oleh seluruh Komponen Perjuangan Rakyat West Papua, dan Masyarakat Internasional.  Sayap militer West Papua secara resmi dan sah telah menyatakan dukungan penuh kepada ULMWP selaku sayap politik diplomasi. Hal itu terbukti dalam legitimasi tanda tangan dari setiap Panglima Pemegang Komando Militer dari Sorong sampai Merauke,”

ujar Rumbiak.

Mengenai keputusan dalam KLB I WPA ini, ketua ULMWP, Benny Wenda mengatakan WPA telah menyatakan siap membela dan melindungi wilayah beserta masyarakat Sipil West Papua dari kejahatan Indonesia dan sekutunya.

“WPA juga menolak dialog antara Jakarta dan West Papua dan mendukung proses perjuangan diplomasi yang di dorong oleh ULMWP,” ujar Wenda.

WPA juga ikut menjaga perdamaian dunia dari ancaman teroris, perdagangan narkotika dan segala jenis perdagangan illegal dan siap melaksanakan Konvensi Den Haag, Kovensi Jenewa 1949 dan Hukum Humaniter Internasional serta hukum internasional lainya yang berlaku di masa perang dan keadaan damai.  (*)

Source: JUBI

Armed rebel groups in Indonesia’s West Papua have reportedly united to form a new army under a single command.

A release from the office of the chairman of the United Liberation Movement for West Papua, Benny Wenda, says it’s the first time the three major factions have come under a single arm.

Under the This ‘Vanimo Border Declaration’, the Liberation Movement is taking political leadership of the new grouping, formed today and dubbed the West Papua Army.

Mr Wenda says they are ready to take over Papua and are calling for international and domestic support.

“We welcome any assistance in helping us achieve our liberation. Indonesia cannot stigmatise us as separatists or criminals any more, we are a legitimate unified military and political state-in-waiting,” he said in a statement.

The new force includes the West Papua Liberation Army, which is fighting a bloody war with state forces in Nduga regency.

Also joining the united front are the West Papuan National Army and the West Papua Revolutionary Army.

Source: https://www.rnz.co.nz/

Separatis Papua Bentuk Tentara Baru, Menolak Cap Penjahat oleh Indonesia

Muhaimin, JAKARTA – Gerakan United Liberation for West Papua (ULMWP) atau Serikat Pembebasan Papua Barat yang selama ini dicap pemerintah Indonesia sebagai kelompok separatis telah membentuk tentara baru. Dengan pembentukan tentara baru ini, ULMWP menolak label separatis dan penjahat oleh pemerintah Indonesia.

Pemimpin ULMWP, Benny Wenda, mengatakan untuk pertama kalinya tiga faksi yang selama ini melawan militer Indonesia telah bersatu membentuk pasukan baru di bawah satu komando.

Tentara baru itu diberi nama “West Papua Army (Tentara Papua Barat)”. Tentara baru itu dibentuk di bawah “Deklarasi Perbatasan Vanimo”.

Benny Wenda mengatakan pihaknya siap mengambil alih Papua dan menyerukan dukungan internasional dan domestik.

“Kami menyambut bantuan apa pun dalam membantu kami mencapai pembebasan kami. Indonesia tidak bisa lagi menstigmatisasi kami sebagai separatis atau penjahat, kami adalah negara kesatuan militer dan politik yang sah dalam penantian,” katanya dalam sebuah pernyataan, yang dikutip RNZ, Senin (1/7/2019).

Tiga faksi yang bersatu menjadi “Tentara Papua Barat” ini adalah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)—yang terlibat konflik berdarah dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Nduga—, Tentara Nasional Papua Barat dan Tentara Revolusi Papua Barat.

Sebelumnya, TPNPB blakblakan merekrut anak-anak remaja sebagai tentara untuk melawan militer Indonesia. Kelompok itu menyadari bahwa melibatkan anak-anak dalam konlik bersenjata adalah pelanggaran konvensi internasional, namun mereka mengklaim hal itu diperlukan dengan melihat perkembangan yang terjadi di Papua Barat.

Perekrutan anak-anak itu bahkan dipublikasikan sebagai bahan propaganda. TPNPB merilis foto yang menunjukkan anak-anak remaja mengenakan seragam ala militer dan menenteng senapan.

“Anak-anak ini secara otomatis menjadi pejuang dan penentang militer kolonial Indonesia,” kata Sebby Sambom, juru bicara TNPB.

Dia mengatakan sekitar selusin tentara anak berusia antara 15 dan 18 tahun saat ini berjuang untuk kelompoknya di berbagai daerah di Papua.

Kodam XVII/Cenderawasih telah mengecam tindakan TNPB yang merekrut anak-anak remaja sebagai tentara anak untuk melawan militer Indonesia. Kapendam Cenderawasih Kol Inf Muhammad Aidi Nubic menjelaskan bahwa sejatinya bila ada dua atau lebih pihak yang bertikai, maka semua pihak wajib hukumnya untuk memberikan perlindungan kepada anak-anak, wanita dan orang lanjut usia (lansia).

“Apabila ada pihak yang melibatkan anak-anak, wanita dan lansia dalam pertikaian atau pertempuran, maka pihak tersebut telah melanggar hukum HAM (hak asasi manusia) dan Humaniter. Apalagi mereka merekrut dan mengeksploitasi anak-anak di bawah umur untuk terlibat dalam pertempuran,” katanya dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews.com. (mas)

Blog at WordPress.com.

Up ↑

Design a site like this with WordPress.com
Get started