Design a site like this with WordPress.com
Get started

Amunggut Tabi: Tanggapan Saya atas Kontroversi Bintang Fajar ialah Lambang Lucifer

Kontroversi dan Tanggapan tentang Bintang Kejora

Bendera Sang Bintang Kejora

Sejauh pengamatan dan pengalaman saya, paling tidak ada empat (4) versi yang melihat Bintang Kejora sebagai penyebab kemerdekaan West Papua belum pernah tiba. Oleh karena itu mereka mengusulkan agar “Bintang” dari Bendera Bintang Kejora dirobah dari sebuah bintang segi-lima menjadi bintang segi-enam, yaitu Bintang Daud. Itu usulan versi pertama.

Usulan versi kedua mengatakan, nama Bintang Fajar dan Bintang Kejora yang membuat masalah, jadi seharusnya disebut Bintang Fajar, bukan Bintang Kejora. Atau sebaiknya Bintang Fajar, bukan Bintang Kejora.

Usulan versi ketiga mengatakan bahwa  oleh karena Bendera Bintang Kejora dikibarkan dan banyak berjatuhan korban nyawa, maka harus digantikan dengan bendera lain. Jadi, usulan di sini ialah menggantikan Bendera secara total.

Usulan versi terakhir atau keempat mengatakan tidak sekedar menggantikan nama dan gambar Bendera, akan tetapi juga menggantikan nama Negara dan nama bendera sekalgus Bendera, sehingga nama negara bukan West Papua lagi, dan nama Bendera serta gambar Bendera bukan Bintang Kejora lagi.

Analisis Saya

Goncangan ini dan itu terjadi terutama karena psikologi orang West Papua sendiri yang bermasalah. Permasalahan psikologi ini disebabkan oleh dasar orang West Papua, yaitu titik-tolak berpikir dari orang Papua sendiri. Ada yang melihat Bintang Kejora dari sisi Alkitab, atau Teologia Kristen. Ada yang melihatnya dari sisi Adat OAP (Orang Asli Papua), terutama orang Papua di pesisir dan pulau-pulau karena interaksi mereka dengan Bintang Pagi terjadi setiap pagi, sampai kiamat, mereka bergantung kepada Bintang Pagi untuk memberikan arah pulang ke rumah.

Yang pertama dan terutama, saya menilai bahwa guncangan pertama datang dari rekayasa NKRI (Negara Kesetanan Republik Indonesia), yaitu negara yang penuh dengan dusta, negara penyembah Lucifer itu sendiri, negara yang memiliki Bendera murni buatan Belanda.

Yang kedua, ini adalah pertanda OAP sendiri tidak memiliki pendirian teguh dan tegas atas apa yang diperjuangkannya sehingga di tengah-tengah perjalanan sejarahnya sendiri ia sudah mulai guncang dan mempertanyakan apa yang diperjuangkannya selama ini. Diskusi seperti ini sebenarnya patut terjadi setelah kemerdekaan, dan bukan sementara korban berjatuhan. Ini pertanda bahwa OAP sendiri sebagai “manusia” belum matang dalam berpikir dan bernalar, sehingga dengan mudah dapat dimasuki setan untuk mengacaukan pikiran dan pendirian. Manusia yang matang berpikir dan bernalah tidak akan pernah berpindah sebegitu mudah.

Yang ketiga, secara moralitas OAP, kita tidak sanggup menghargai karya pengorbanan bangsa Papua selama 60 tahun terakhir, sehingga kita masih berputar-putar berbicara tentang bintang yang mana dan bendera yang mana.Apapun alasannya, kalau korban sudah berjatuhan, sepatutnya secara moral, kita tidak usah bertanya-tanya bintang yang mana. Ini menunjukkan, selain nalar dan pikiran tidak matang, kita tidak bermoral. Orang Papua telah lama berjuang, telah lama mepertaruhkan segala-galanya untuk Bintang Kejora. Siapakah saya harus hadir mempertanyakannya? Apa sumbangan saya untuk perjuangan ini? 

Yang keempat, manusia Papua yang bertanya dan mempersoalkan Bendera inilah yang bermasalah, bermasalah secara pribadi dan secara kelompok, bermasalah secara rohani dan jasmani, bermasalah secara psikologis dan moral.

Komentar Penutup

Anda sendiri memilih, di pihak mana Anda berada, kepada pihak siapa Anda berteman.
Terlepas dari kontroversi dan argumen apapun, Bendera Bintang Kejora atau Bintang Fajar adalah sebuah Bendera yang telah lama dikenal orang Papua dan dunia sebagai Bendera Negara di wilayah bagian barat pulau New Guinea. 

Terlepas dari grup atau kelompok, kalau kita benar-benar berjuang untuk tanah dan bangsa Papua, maka kita pasti akan menyerah kepada sejarah itu sendiri, bahwa Bintang Kejora telah lama dinobatkan dan dikibarkan sebagai Bendera Kebebasan dan Bendera Kemerdekaan, Bendera Kebangsaan Papua dan Bendera Negara West Papua. 

Terlepas dari astronomi dan teologia agama. Jauh sebelum teologi, jauh sebelum filsafat, jauh sebelum ilmu-ilmu apapun di dunia ini, orang Melanesia telah lama mengelilingi dunia menggunakan perahu-perahu khas Melanesia. Dari seluruh manusia di dunia ini di era purba, hanya orang Melanesia yang telah terbukti menjelajah dunia sangat jauh, satu ras di pulau-pulau yang luas di Samudera Pasifik. 

Mereka menggunakan petunjuk satu-satunya, yaitu Bintang Pagi, untuk menentukan arah dan waktu. Bintang Pagi tidak diambil berdasarkan ajaran Alkitab atau Filsafat Yunani tentang Bintang Venus. 
Oleh karena itu, apapun alasannya, apapun argumennya, biarpun argumen dari sisi Teologia dan Alkitab sekalipun, Bintang Kejora harus dikibarkan! Nama Yesus harus dimuliakan karena kemenangan bangsa Papua atas Kerajaan Lucifer NKRI!

Atas nama Moyang Bangsa Papua, atas nama Segenap Komunitas Makhluk, atas nama Tulang-Belulang, atas nama anak-cucu yang akan datang. Saya berdoa kepada Tuhan Yesus Sang Bintang Fajar turun menyelamatkan bangsa Papua dari belenggu kerajaan Lucier

Immediate Response Required: West Papua Refugees Crossing Wutung into Vanimo, Papua New Guinea

Secretariat-General of West Papua Army (WPA) has received direct information from the Supreme Commander of WPA Chief Gen. Mathias Wenda at the WAP Headquarters that there will be refugees coming into Vanimo through Wutung international road connecting West Papua and Papua New Guinea.

The number of refugees is yet to confirm.

Chief Gen. Wenda confirms that West Papua Command take military respond when Indonesian troops do not allow the civilians to take refugee into Papua New Guinea.

Live broadcast of the event will be broadcasted at Facebook Page Called “Wim Awiyak“.

For further information, please contact Chief General Wenda via: 71306008 (in Tok Pisin) and 70873176 (in English)

Yours sincerely,

Amunggut Tabi, Gen. WPA

Gen. WPRA Amunggut Tabi: Semua Komando Wajib Bersatu di dalam WPA

Dari Markas Pusat Pertahanan, Kantor Sekretariat-Jenderal West Papua Army (WPA), Gen. Amunggut Tabi menyerukan kepada semua panglima Komando dan Komandan Gerilyawan Papua Merdeka dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN PB), Tentara Nasional Papua Barat (TNPB) dan Tentara Revolusi West Papua (TRWP) untuk bersatu-padu membangun organisasi dan profesionalisme West Papua Army (WAP) di bawah Komando Panglima WPA Chief General Mathias Wenda.

Sebagai lembaga profesional yang telah berdiri dan bergerak berpuluh-puluh tahun, jauh sebelum kelahiran organisasi politik United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Pemerintahan Sementara West Papua, maka kami menghimbau kepada semua Komando agar mempesatukan diri dan menyusub barisan.

Dalam militer kita hanya mengenal komunikasi satu arah, yaitu dari Panglima ke bawahan, tanpa pertanyaan, tanpa ragu-ragu, apalagi tidak ada bantahan. Karena pertanyaan dan bantahakan adalah periaku politisi dan politikus, yang tidak terdapat di dalam DNA militer di manapun di seluruh dunia.

Selain itu sejak pengangkatan Panglima Komando WPA tanggal 1 Mei 2021, maka siapa saja dan di mana saja kita berada, yang merasa diri Tentara yang berjuang untuk Papua Merdeka wajib menyatukan barusan, dan melakukan persiapan-persiapan untuk mengikuti dan tunduk kepada perintah serta Disiplin Militer West Papua Army.

Selaku penanggungjawab administrasi organisasi militer Papua Merdeka, kami serukan kepada semua panglima Komando TPN PB, TNWP dan TRWP untuk

  1. Mendata dan melaporkan semua Struktur Komando
  2. Mendata dan melaporkan daftar nama Pasukan, lengkap dengan pangkat dan Batallion Registry Number (BRN);

Mengingat dengan segera perlu dilakukan penyesuaian dalam rangka percepatan Pembentukan Badan Pertahanan dan Keamanan Pemerintahan Sementara West Papua, sebagai pelaksanaan mandat Undang-Undan Dasar (UUD) ULMWP 2020 yang telah ditindak-lanjuti dengan Instruksi Presiden Nomor 1/2021 tentang Percepatan Pembentukan Badan Pertahanan dan Keamanan.

Segala-sesuatu terkait dengan West Papua Army dapat dikomunikasikan ke Sekretariat-Jenderal WPA di army@westpapua.army

Dikeluarkan di: Markas Pusat Pertahanan
pada tanggal: 13 Mei 2021

Sekretaris-Jenderal,

Amunggut Tabi, Gen. WPA
BRN: A.DF 018676

Gen. Tabi: West Papua Mourns and Salute the Example of President Marshal Idriss Déby

The West Papua Revolutionary Army WPRA though, Gen. Amunggut Tabi here extends

OUR DEEPEST CONDOLENCES

to the people of Chad and the family of the Late

Ghadian Presiden H.E Marshal Idriss Déby Itno

The WPRA mourns the Hero the Heroic death of Chadian President Marshal Idriss Déby. We extend our sincere condolences to the nation of #Chad, the family and the loved ones of the late President Marshal Idriss Déby Itno, the President of Chad.

Rest in Power Commander-in-Chief who died in Battle on this day 20th April 2021. On behalf of the Commnader-in-Chief of West Papua Army (WPA) Chief General Mathias Wenda and the People of West Papua, General Tabi urges the Provisional Government of West Papua to follow the example of the late Chad President.

Issued at: Central Defence Headquarters
on date: 21 April 2021

Amunggut Tabi, Gen. WPRA
BRN: A.DF 018676

Gen. Amunggut Tabi Condems Church Bombings in Makassar, Indonesia

And Promises West Papua Army is established Based on Brotherly Love that Promotes Harmony, norms, values and systems Melanesians inherited from our Ancestors

General WPRA Amunggut Tabi condemns the church bombings in Makassar, Indonesia that have caused several Christians injured and God’s place of worship once again under terror condition.

Gen. Tabi continues West Papua is being marginalized and treated badly, the humanity of Melanesians are degraded, the independence fighters are hunted day and night, villages are bombed, villages are killed on daily basis, firstly and primarily because Indonesia wants to expand its Islamic Empire across the South Pacific.

Indonesia knows that West Papua is the entry-gate of the Islamic Empire into Melanesian, Micronesian and Polynesian territories in the South Pacific.

The “terror” and “cover-up” approach has been used by Indonesia since Indonesia’s independence in keeping international support for its occupation over various indigenous islands and lands in what is imagined by Javanese Mataram Empire as “Indonesia”: Sumatera, Borneo, Bali, Madura, Sulawesi, Moluccas, Nusa Tenggara and New Guinea.

This bombing is orchestrated to attract support from the United States President, Joe Biden, to supports its terror unit within Indonesia’s the military and police commands.

This bombing once again proves that Indonesia is not a democratic country, that Indonesia hates Christians, and that there are many home-grown terrorists groups and agents within the community, government agencies and also very actively involved in military and police ranks.

Gen. Tabi reiterates that the USA surely knows how terrorism are grown and looked after in Indonesia. Terror groups are important to combat human rights campaigners in Indonesia, to eliminate independence movement in Aceh, West Papua, Moluccas, Bali, Madura, Riau and Borneo. Terror groups are trained by the military in West and Central Java. And they are deployed into West Papua and other Christian provinces of Indonesia.

Gen. Tabi says West Papua nation-state is a Green Nation-State, a Blue Country, a country that respects and protects human rights, and will never allow anyone to band or bomb any churches, stupa, mosques or any sacred sites belongs to tribes and indigenous peoples. West Papua will recognize and protect relations with God as the primary and pre-requisite for relations with other beings and with each other.

He says no Melanesian fighters in West Papua will touch the sacred sites and worship places at any time, with any reason whatsoever. Certain religions and religious groups in Indonesia are being prepared and trained by Indonesian military and police agencies to obliterate Christianity in West Papua and Melanesia.

Catholic and Christian Churches in Indonesia must support Free West Papua Campaign. West Papua now has a Provisional Government that has Christian Ministry Department/ Minister that is particularly funded and dedicated to Evangelise Indonesia and win Indonesia to Jesus Christ.

Gen. Tabi condemns this bombing as barbaric, inhuman, degrading humanity and act of immoral and uncivilized deed.

Amunggut Tabi: WPA Sudah Lama Siap Mengamankan Kebijakan Pemerintah Sementara ULMWP

Dari Markas Pusat Pertahanan (MPP) West Papua Army (WPA) melalui Sekretaris-Jenderal Amunggut Tabi, Gen. WPA menyatakan menyambut dengan gembira dan telah siap dalam waktu cukup lama untuk mengamankan segala kebijakan Pemerintahan Sementara United Liberation Movement for West Papua (Provisional Government of the ULMWP) yang telah diumumkan Presiden Pemerintahan Sementara H.E. Hon Benny Wenda dan telah siap mengamankan pelaksanaan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) ULMWP yang telah disahkan Komite Legislatif ULMWP dalam KTT Komite Legislatif III tanggal 18 Oktober 2020.

Pembentukan pemerintahan sementara ialah konsekuensi hukum yang logis dari proses upgrade nama kepemimpinan dan sistem organisasi ULMWP yang telah terjadi dengan perubahan-perubahan bylaws ULMWP yang telah terrposes secara bertahap sejak tahun 2017, yang kini memuncak dengan pengesahan UUDS 2020 Republik West Papua pada 20 Oktober 2020.

Pengesahan UUDS ULMWP 2020 ini mengandung konsekuensi hukum logis lanjutan, yaitu mewajibkan Komite Eksekutif ULMWP untuk mensahkan UUDS ULMWP dan membentuk pemerintahan, maka telah berlangsung sidang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa ULMWP yang telah mensahkan UUDS ULMWP tanggal 29 Desember 2020.

Atas dasar pengesahan UUDS ini dan sekaligus pengusulan dan pengukukan H.E. Hon Benny Wenda sebagai Presiden dan H.E. Rev Edison Waromi sebagai Perdana Menteri, maka telah sah dan berlaku Undang-Udanng Dasar West Papua 2020 untuk wilayah politik dan huku West Papua, yang adalah wilayah bekas jajahan Belanda bernama Nederland-Niuew-Guinea, bekas pemerintahan UNTEA – PBB bernama West Irian, bekas jajahan Indonesia berturut-turut bernama Irian Barat, Irian Jaya, Papua, dan Papua dan Papua Barat.

Dengan pengesahan UUDS dan pembentukan Pemerintahan Sementara ULMWP, maka semua pihak dimintakan untuk tunduk kepada kesepakatan bersama, tunduk kepada Undang-Undang. Dengan demikian siapapun yang bertentangan dengan UUDS ialah musuh bangsa Papua yang harus dihadapi dengan arif dan bijaksana. Semua pemimpin bangsa Papua sama-sama mendukung kebijakan bersama ini dalam rangka mengakhiri penderitaan rakyat.

Gen. Tabi mengatakan,

Era perjuangan untuk melepaskan diri dari belenggu kolonialisme telah berakhir dengan pengesahan UUDS dan dengan pembentukan pemerintahan sementara ULMWP. Sekarang dan ke depan ialah era perebutan kekuasaan dari tangan penjajah. Oleh karena itu isu-isu dan agenda serta percakapan di antara orang Papua yang bersifat perjuangan harus dihentikan. Sekarang kita bicara mengenai merebut dan mengkleim kemerdekaan yang telah kita raih dan yang dianulir secara sepihak oleh NKRI.

Mulai sekarang kita harus tunduk kepada UUDS ULMWP, dan melupakan udang-undang penjajah asing, yang datang untuk merampok, mencuri, meneror, memenjarakan, menyiksa, dan membunuh. Kita harus melupakan Undang-Undang iblis dan mulai menjalani kehidupan sehari-hari dengan UUDS ULMWP yang didirikan dengan nama Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, yaitu Tuhan Yahwe

Gen. WPA Amunggut Tabi

Di akhir briefing, Gen. Tabi menyatakan,

WPA sebagai alat negara telah siap dan mendukung pengesahan UUDS ULMWP dan pengumuman pemerintahan sementara ULMWP, dan memintakan kepada Presiden dan Perdana Menteri untuk segera menyusun kabinet.

Gen. WPA Amunggut Tabi

Amunggut Tabi: Berpikir dan Bertindak Beradab, Sadar Tanah ini Punya UUD Sendiri

Dari Markas Pusat Pertahanan (MPP) West Papua Army (WPA), Amunggut Tabi, Gen. WPA menyatakan salah satu misi revolusi dalam perjuangan bangsa Papua ialah me-revolusi paradigma, cara pandang dan wacana dan tindakan dalam menyikapi dinamika politik yang berkembang di Tanah Papua.

Menanggapi tanggapan yang disampaikan oleh politisi Indonesia, dan terutama Tentara Nasional Indonesia yang hendak berkantor pusat di Tanah Papua, maka Gen. Tabi menyatakan

Berpikirlah dan bertindaklah beradab. Kita harus saling menyadari dan saling mengakui, bahwa Tanah ini pada hari ini telah memiliki Konstitusi yang memagari, mengatur dan mengandalikannya. Dengan demikian UUD asing telah gugur demi hukum. Secara rohani dan secara legal, di alam semesta, di dunia non fisik telah dirayakan secara luas, baik di pulau-pulau di Indonesia maupun di Tanah Papua, bahwa Tanah Papua, dari Raja-Ampat sampai Maroke telah memiliki UUD yang melindunginya dari segala macam serangan, dalam bentuk apapun, jenis apapun, termasuk serangan militer den polisi Indonesia.

Amunggut Tabi, Gen. WPA

Ditanyakan apa tanggapan terhadap pendapat ahli hukum internasional Indonesia yang menyatakan deklarasi pemerintah West Papua dan deklarasi UUDS NRWP (Negara Republik West Papua) tidak memiliki dasar hukum, maka Gen. Tabi dengan santani menjawab, “NKRI sebagai penjajah harus mengatakan begitu. Kalau tidak begitu NKRI bukan penjajah atas tanah dan bangsa Papua! Opini penjajah pasti tidak akan pernah setuju dengan langkah ULMWP dan bangsa Papua>

Menjawab tanggapan Kemenlu RI yang menganggap usaha ULMWP sia-sia karena PBB telah mengakui invasi dan pendudukan NKRI atas West papau sebagai sesuatu yang telah sah, maka Gen. Tabi katakan

Yang tidak bisa dirubah hanya kodrat Allah. Salah satu kodrat Allah ialah matahari terbit dari Timur dan terbenam di Barat. Itu tidak dapat dirubah. Salah dua ialah bahwa pulau New Guinea itu bukan tanah air Indonesia. Itu tidak dapat dirubah dan dijadikan sebagai tanah-air Indonesia. Salah tiga, menjadikan bangsa Papua mengaku diri atau dikleim sebagai orang Indonesia adalah pelanggaran Hukum Allah dan Hukum Alam. Jadi yang melawan kodrat dan hukum Allah bukan orang Papua, tetapi orang Indonesia dan NKRI. Politisi di Deplu RI jangan menipu diri sendiri dan jangan menipu bangsa kalian. Kita harus fair dan berpikir beradab bahwa West Papua bukan Indonesia, orang Papua bukan ras Melayu dan pulau New Guinea bukan wilayah NKRI.

Amunggut Tabi, Gen. WPA

Ditanyakan bagaimana dengan pembentukan pemerintah sementara West Papua, di mana posisi militer West Papua Army? Gen. Tabi menyatakan

ada tiga komando militer gerilya Papua Merdeka yang telah bersatu dan panglima dari ketiga komando akan bertemu menyusun strategi perlawanan bersenjata. Sekarang ada Undang-Undang yang menjamin sehingga semua prajurit Papua Merdeka adalah kombatan kemerdekaan, bukan KKB, bukan KSB, bukan teroris, bukan separatis. Ketiga komando akan mengundang komando yang lain di seluruh Tanah Papua untuk bergabung melawan penjajah. Bahkan pasukan gerilyawan dari Timor Leste, Aceh dan Maluku juga akan diundang untuk bergabung, karena mereka telah lama bersedia dan meminta-minta untuk bergabung. Penundaan dilakukan komando di Tanah Papua karena militer di Tanah Papua belum bersatu. Dengan penyatuan nama kesatuan dan dalam waktu dekat penyatuan komando gerilya Papua Merdeka menyusul Undang-Undang militer West Papua dan Undang-Undang Perang Papua Merdeka, maka semua langkah WPA akan dilakukan berdasarkan Udang-Undang dan para kombatan lain yang menentang NKRI dari seluruh wilayah jajahan NKRI akan bersatu.

Amunggut Tabi, Gen. WPA

Gen. A. Tabi: No More Unconstitutional Moves

From the Central Headquarters of the West Papua Revolutionary Army (WPRA), in the names of God Almighty, in the name of Jesus Christ, the Most High Commander in Chief of World Revolutions at all times, in the name of the Holy Spirit that gives us wisdom, knowledge and power, Gen. WPRA Amunggut Tabi invited all Melanesians from and in West Papua to celebrate 1 December 2020 as the historic National Awakening Day for West Papua as a collective entity called Papuan people, West Papua nation-state and New Guinea crown pigeon as our national state emblem.

“West Papua independence movement has already legalized a provisional constitution to rule above all interests and this law is the supreme commander of all independence movements and organisations. The Legislative Council of the United Liberation Movement for Wet Papua (ULMWP) has passed the Provisional Constitution in October 2020.

We have now entered into a new era of our independence movement: organised, unified, modern and constitutional government that leads our independence movement.

No more factionalism! No more stigma of separatists! No more branding of illegal groups or trouble-makers! No more law-breakers! It is time now to call Indonesia and her troops as illegal, trouble-makers and illegitimate representation of our Melanesian will and aspirations.

West Papua Army is now a legal combat troops to free a colonised territory of West Papua and hear peoples.

Let us unite as a people, with one goal: to free West Papua, to free Indonesia, to free Melanesia, to free the world from colonialism and from environmental crises.

says Gen. WPRA Amunggut Tabi, one of the Commands of WPA

The isle of New Guinea has the answer to global environmental problems. We Melanesians in West Papua have the legitimate experience and knowledge to contribute to the world.

December 1st, 1961 is the day where our national flag, national anthem and state emblem were officially installed, recognised by the colonial governments of both the Netherlands and Australia.

We invite all Melanesians in West Papua and from West Papua, to act according to the rule of law, subdue ourselves, our differences and our struggle to the constitution, set aside our differences, unite ourselves with one spirit: One People – One Soul!

All the praise, worship and honour to Him only! Let us surrender to His Plan, His Power and His Protection!

Issued at Central Defense Headquarters,
On date: 30 November 2020
————————————————————–

Signed

Amunggut Tabi, Gen. WPRA,
BRN: A.DF 018676

Mengempuni dan Mendoakan Orang Indonesia Adalah Perintah Allah untuk Orang Kristen

Pada saat Angkatan Bersenjata Papua Merdeka atau West Papua Army berbicara tentang “pengampunan” dan doa untuk pengampunan bagi orang-orang yang membenci dan merencanakan serta melakukan kejajahtan terhadap bangsa Papua, maka tentu saja bisa menimbulkan penafsiran bahwa kita mengampuni Indonesia atas semua hal yang dia lakukan selama ini di Tanah Papua, atas diri dan nyawa bangsa Papua.

BUKAN BEGITU!

Amunggut Tabi, Gen. WPRA mengatakan,

Ini adalah strategi peperangan Rohani, karna kita tidak hanya berperang secara jasmani, tetapi terutama kita berperang secara rohani, untuk memenangkan hati Allah, karena Tuhan hanya berpihak kepada KEBENARAN, dan yang dimaksud “KEBENARAN” di sini ialah KEBENARAN DIA sendiri, bukan kebenaran saya, apalagi kebenadan Anda.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,” *Yohanes 4:16a”, di sini Alkitab TIDAK mengatakan “Karena begitu besar kasih Allah akan orang Kristen”. Apalagi Alkitab tidak mengatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan orang Papua”. Sama sekali tidak!

Allah mengasihi semua orang, orang Papua, Indonesia, orang Kristen, orang Islam, orang Ibrani, orang Yunani, orang hitam-putih, orang timur-barat orang utara-selatan, orang Melayu, orang Melanesia. Semuanya

Pada saat kita berdoa, mengeluh tentang penjajahan Indonesia atas tanah Papua, mengeluh dan mengundang Allah untuk turun tangan membantu dalam penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM dan berbagai hal lain, kita harus tahu bahwa pertama-tama kita harus berbicara atas dasar kasih.

Kasih harus menjadi alasan, dasar, titik-tolak, dan sebab daripada doa kita. Bukan kebencian. Bukan denndam. Bukan kepahitan. Bukan….., bukan….

Kasih…. Kasih…. dan Kasih…. harus menjadi dasar.

Kasih kita harus kita buktikan dengan pertama-tama mengampuni. Setelah kita mengampuni, maka kedua kita doakan. Setelah kita doakan maka terakhir kita lupakan.

Setelah itu baru kita datang kepada Allah, menyampaikan petisi kita kepada-Nya, dengan tulus, dengan terus-terang, dengan berani, dan menuntut Tuhan berperkara.

Matius 5:24 TB

tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.TB: Alkitab Terjemahan Baru

https://www.bible.com/id/bible/306/MAT.5.24.TB

Amunggut Tabi, Gen. WPA: 1 Desember Hari Kebangkitan Nasional Papua 01

Dr. Jack Wanggai menulis di status halaman Facebook sebagai berikut

REMEMBER!History that we must straighten for the nation’s generation today.December 1st is NOT Independence day for Melanesian Papuans

Artinya: Ingat! Sejarah harus diluruskan untuk generasi bangsa hari ini. Tanggal 1 Desember BUKAN hari kemerdekaan untuk orang Melanesia Papua.

Amunggut Tabi, General WPA ketika ditanya di MPP TRWP mengatakan bahwa selama ini telah terjadi kekeliruan fatal di antara bangsa Papua, yang disebabkan pertama-tama oleh kolonial Indonesia, dan kedua karena orang Papua sendiri tidak sekolah baik, maka mudah dimanipulasi.

Karena dua alasan ini, maka bangsa Papua telah diajarkan bahwa 1 Desember 1961 adalah Hari Proklamasi Kemerdekaan Papua. Dalam hal ini secara konseptual dua kesalahan. Atau bisa dikatakan juga dua kebodohan.

Kesalahan atau kebodohan pertama, karena kita menyebut hari proklamasi tetapi tanpa Teks Proklamasi adalah sebuah kesalahan fatal atau kebodohan yang patut kita tertawai diri sendiri. Jadi, dengan demikian, kita bisa menertawakan diri sendiri dengan mudah bahwa kita sudah salah menganggap suatu hari tanpa teks proklamasi kita pandang sebagai HUT kemerdekaan

Kesalahan atau kebodohan kedua karena wacana 1 Desember HUT Proklamasi ini dikeluarkan oleh NKRI sendiri, bukan oleh para pejuang Papua Merdeka. Ini murni gagasan NKRI yang dikeluarkan lewat FOREGI – PDP, yaitu dua organisasi bentukan NKRI sendiri.

Bangsa Papua memang dasar tidak tahu diri secara jelas. Mudah ditipu, muda tertipu dan juga mudah percaya. Dibilang iblis itu baik, orang Papua bisa percaya. Dibilang “kata revolusi itu komunis punya”, orang Papua juga percaya. Dibilang “Papua harus baku-bunuh baru merdeka”, orang Papua juga masih saja percaya.

Jadi, singkatnya, menurut Dr. Benny Giay, bangsa Papua memang memenuhi syarat untuk dijajah.

Blog at WordPress.com.

Up ↑

%d bloggers like this: